Kamis, 06 Januari 2011

pertumbuhan penduduk dunia

Sebagian beasar pertumbuhan penduduk dunia-97%nya berasal dari Negara-negara dunia ketiga. Sejak abad kedua puluh, sebagian besar permasalahan yang menimbulkan gejolak resiko kehilangan nyawa serta lonjakan kematian manusia besar-besaran telah dapat diatasi oleh kemajuan teknologi dan perkembangan ekonomi. Konsekuensinya, tingkat kematian menurun begitu cepat hingga mencapai titik yang terendah sepanjang sejarah manusia. Penurunan angka mortalitas disebabkan oleh kemajuan teknologi di bidang kedokteran. Pertumbuhan penduduk yang begitu pesat dewasa ini disebabkan oleh cepatnya transisi yang melanda kecenderungan penduduk dunia. Yakni, yang semula memiliki angka kematian dan angka kelahiran yang tinggi menjadi angka kematian yang rtendah namun angka kelahiran tetap tinggi.
Tingkat pertambahan penduduk dihitung berdasarkan persentase kenaikan relative atau persentase penurunan relative dari jumlah penduduk neto per tahun yang bersumber dari pertambahan alami danmigrasi internasional neto. Pertambahan alami adalah selisih antara jumlah kelahiran dengan jumlah kematian di suatu Negara (selisih antara fertilitas dengan mortalitas). Migrasi internasional neto adalah selisih antara jumlah penduduk yang beremigrasi dengan yang berimigrasi. Laju pertumbuhan penduduk Negara dunnia ketiga hamper sepenuhnya dihitung berdasarkan angka pertambahan alami.Total tingkat fertilitas atau total fertility rate adalah rata-rata jumlah anak yang akan dimiliki seorang wanita dengan mengasumsikan bahwa tingkat kelahiran saat ini tetap konstan selama masa produktif wanita tersebut.
Penyebab utama perbedaan laju pertumbuhan penduduk antara Negara-negara maju dan Negara-negara berkembang bertumpu pada perbedaan tingkat kelahiran. Kesenjangan tingkat kematian antara Negara-negara maju dan berkembang semakin lama semakin kecil. Penyebab utamanya adalah membaiknya kondisi kesehatan di seluruh Negara-negara dunia ketiga. Bagi kebanyakan Negara berkembang, tingkat kematian bayi telah mengalami penurunan besar selama beberapa decade terakhir sehingga harapan hidup menjadi lebih lama.
Rasio ketergantungan pemuda yakni perbandingan antara pemuda berusia di bawah 15 tahun yang belum berpenghasilan dengan orang dewasa yang produktif berusia 15-65 tahun sangat tinggi di Negara dunia ketiga. Angkatan kerja di Negara sedang berkembang harus menanggung beban hidup anak-anak mereka yang besarnya hamper dua kali lipat dibandingkan dengan angkatan kerja di Negara-negara kaya. Semakin cepat laju pertumbuhan penduduk maka akan semakin besar pula proporsi penduduk berusia muda yang belum produktif dalam populasi total, dan semakin berat pula beban tanggungan penduduk yang produktif. Fenomena inilah yang disebut momentum pertumbuhan populasi/penduduk tersembunyi (hidden momentum of population growth).
Ada 2 alasan pokok yang melatar belakangi teori momentum ini:
1.    Tingkat kelahiran itu sendiri tidak mungkin diturunkan dalam waktu singkat.
2.    Struktur usia penduduk di Negara-negara sedang berkembang dimana dari piramidanya terlihat bahwa penduduk usia muda lebih banyak dari penduduk usia tua yang berarti beban tanggungan tinggi.
Pesan terpenting yang terkandung dalam konsep momentum yang tersembunyi adalah bahwa kelenfgahan penurunan fertilitas sekecil apapun harus dibayar sangat mahal berupa pelipatgandaan jumlah penduduk tanpa dapat dicegah.
Transisi Demografi
1.    Fase I: kelahiran dan kematian tinggi, masyarakat pertanian dengan pendapatan rendah
2.    Fase II: kelahiran tinggi, kematian rendah (pengetahuan kesehatan dan gizi), awal industrialisasi/modernisasi.
3.    Fase III: kelahiran dan kematian rendah (populasi penduduk relatif stabil), masyarakat industri/modern
Tingkat kelahiran di kalangan penduduk miskin akan menurun apabila:
1.Taraf pendidikan wanita meningkat.
2. Kesempatan kerja bagi wanita di non pertanian meningkat.
3. Penghasilan meningkat (kesempatan kerja menciptakan redistribusi pendapatan).
4. Pelayanan kesehatan dan penyediaan gizi meningkat.
5. Sistem jaminan dan tunjangan hari tua.
6. Perluasan kesempatan dalam mendapatkan pendidikan
Konsekuensi Tingginya Tingkat Fertilitas: Pendapat Yang Saling Bertentangan
1.    1. Pertumbuhan Penduduk Bukanlah Masalah yang Sebenarnya
2.    a. Ada Masalah lain di balik pertumbuhan penduduk
1.    Keterbelakangan
2.    Penyusutan SDA dan kerusakan lingkungan.
3.    Penyebaran penduduk
4.    Rendahnya posisi dan status wanita
5.    b. Pelemparan persoalan palsu secara sengaja
Gagasan yang menempatkan laju pertumbuhan penduduk di Negara dunia ketiga sebagai masalah utama pembangunan adalah suatu rekayasa negative yang dilontarkan oleh Negara-negara kaya yang ingin menghambat kemajuan pembangunan Negara dunia ketiga dalam rangka mempertahankanstatus quo internasional yang sangat menguntungkan mereka itu.
1.    c. Pertumbuhan penduduk itu perlu
Pertumbuhan penduduk itu bukan suatu masalah melainkan unsure penting dalam pembangunan ekonomi. Peran penduduk;
- pasar potensial
- sumber pasokan tenaga kerja
2. Pertumbuhan penduduk adalah masalah yang sebenarnya
Ada 2 argumentasi:
1.    Argumentasi garis keras: Populasi dan krisis global. Argumen ini mencoba mengkaitkan semua penyakit ekonomi dan social dunia dengan pertambahan penduduk sebagai penyebabnya.
2.    . Argumentasi Teoritis: Siklus populasi-kemiskinan dan pentingnya program Keluarga Berencana. Pembangunan ekonomi dan social yang lebih merata merupakan syarat untuk meredakan laju pertumbuhan pendudk. Program KB sangat diperlukan untuk menyediakan perangkat-perangkat teknologi demi menghindari kehamilan yang tidak dikehendaki.
Konsekuensi negative yang muncul dari ledakan penduduk:
1.    Pendidikan, keluarga besar dengan pendapatan yang rendah memperkecil peluang orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya.
2.    Kesehatan, angka fertilitas yang tinggi beresiko tinggi terhadap kesehatan ibu dan anak.
3.    Ketersediaan bahan pangan, makin banyak jumlah penduduk maka kebutuhan akan pangan juga terus meningkat.
4.    Lingkungan hidup, pertumbuhan penduduk yang pesat ikut memacu proses kerusakan lingkungan.
5.    Migrasi internasional,

Komponen utama dalam consensus mengenai masalah kependudukan:
1. Pertumbuhan penduduk bukan merupakan penyebab utama rendahnya taraf hidup masyarakat Perlu penelusuran sifat dasar tata ekonomi & sosial baik nasional maupun internasional.
2. Persoalan penduduk bukan hanya jumlah tp kualitas hidup dan kesejahteraan material
3. Namun, pertumbuhan penduduk yang cepat mendorong keterbelakangan. Masalah redistribusi spasial.
Kebijakan Negara sedang berkembang untuk menangani masalah kependudukan;
1.    Mempengaruhi masyarakat untuk memilih pola keluarga kecil
2.    Melancarkan program KB
3.    Memanipulasi insentif dan disinsentif ekonomi untuk mengurangi jumlah anak per keluarga
4.    Mengalihkan urbanisasi dengan memperkecil kesenjangan ek dan sosial antara kota & desa
5.    Sanksi
6.    Menaikkan status ekonomi dan sosial wanita

pertumbuhan penduduk di indonesia

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan "per waktu unit" untuk pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.Model pertumbuhan penduduk meliputi Model Pertumbuhan Malthusian dan model logistikDalam demografi dan ekologinilai pertumbuhan penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana jumlah individu dalam sebuah populasi meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan populasi pada periode waktu unit, sering diartikan sebagai persentase jumlah individu dalam populasi ketika dimulainya periode.
Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah rasio, bukan nilai. Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung sebagai persentase populasi ketika dimulainya periode. 
Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk
Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1  juta pada tahun 2000 menjadi 273,2 juta pada tahun 2025 (Tabel 3.1). Walaupun demikian, pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode 2000-2025 menunjukkan kecenderungan terus menurun. Dalam dekade 1990-2000, penduduk Indonesia bertambah dengan kecepatan 1,49 persen per tahun, kemudian antara periode 2000-2005 dan 2020-2025 turun menjadi 1,34 persen dan  0,92 persen per tahun. Turunnya laju pertumbuhan ini ditentukan oleh turunnya tingkat kelahiran dan kematian, namun penurunan karena kelahiran lebih cepat daripada penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per 1000 penduduk pada awal proyeksi menjadi 15 per 1000 penduduk pada akhir periode proyeksi, sedangkan Crude Death Rate (CDR) tetap sebesar 7 per 1000 penduduk dalam kurun waktu yang sama.
Salah satu ciri penduduk Indonesia adalah persebaran antar pulau dan provinsi yang tidak merata.  Sejak tahun 1930, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa, padahal luas pulau itu kurang dari tujuh persen dari luas total wilayah daratan Indonesia. Namun secara perlahan persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa terus menurun dari sekitar 59,1 persen pada tahun 2000 menjadi 55,4 persen pada tahun 2025. Sebaliknya persentase  penduduk yang tinggal di pulau pulau lain meningkat seperti, Pulau Sumatera naik dari 20,7 persen menjadi 22,7 persen, Kalimantan naik dari 5,5  persen menjadi 6,5 persen pada periode yang sama.  Selain pertumbuhan alami di pulau-pulau tersebut memang lebih tinggi dari pertumbuhan alami di Jawa, faktor arus perpindahan yang mulai menyebar ke pulau-pulau tersebut juga menentukan distribusi penduduk (Tabel 3.1).
Tabel 3.1 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025
Propinsi
2000
2005
2010
2015
2020
2025
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
11. NANGGROE ACEH DARUSSALAM
3,929.3
4,037.9
4,112.2
4,166.3
4,196.5
4,196.3
12. SUMATERA UTARA
11,642.6
12,452.8
13,217.6
13,923.6
14,549.6
15,059.3
13. SUMATERA BARAT
4,248.5
4,402.1
4,535.3
4,693.4
4,785.4
4,846.0
14. RIAU
4,948.0
6,108.4
7,469.4
8,997.7
10,692.8
12,571.3
15. JAMBI
2,407.2
2,657.3
2,911.7
3,164.8
3,409.0
3,636.8
16. SUMATERA SELATAN
6,210.8
6,755.9
7,306.3
7,840.1
8,369.6
8,875.8
17. BENGKULU
1,455.5
1,617.4
1,784.5
1,955.4
2,125.8
2,291.6
18. LAMPUNG
6,730.8
7,291.3
7,843.0
8,377.4
8,881.0
9,330.0
19. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
900.0
971.5
1,044.7
1,116.4
1,183.0
1,240.0
31. DKI JAKARTA
8,361.0
8,699.6
8,981.2
9,168.5
9,262.6
9,259.9
32. JAWA BARAT
35,724.0
39,066.7
42,555.3
46,073.8
49,512.1
52,740.8
33. JAWA TENGAH
31,223.0
31,887.2
32,451.6
32,882.7
33,138.9
33,152.8
34. D I YOGYAKARTA
3,121.1
3,280.2
3,439.0
3,580.3
3,694.7
3,776.5
35. JAWA TIMUR
34,766.0
35,550.4
36,269.5
36,840.4
37,183.0
37,194.5
36. BANTEN
8,098.1
9,309.0
10,661.1
12,140.0
13,717.6
15,343.5
51. B A L I
3,150.0
3,378.5
3,596.7
3,792.6
3,967.7
4,122.1
52. NUSA TENGGARA BARAT
4,008.6
4,355.5
4,701.1
5,040.8
5,367.7
5,671.6
53. NUSA TENGGARA TIMUR
3,823.1
4,127.3
4,417.6
4,694.9
4,957.6
5,194.8
61. KALIMANTAN BARAT
4,016.2
4,394.3
4,771.5
5,142.5
5,493.6
5,809.1
62. KALIMANTAN TENGAH
1,855.6
2,137.9
2,439.9
2,757.2
3,085.8
3,414.4
63. KALIMANTAN SELATAN
2,984.0
3,240.1
3,503.3
3,767.8
4,023.9
4,258.0
64. KALIMANTAN TIMUR
2,451.9
2,810.9
3,191.0
3,587.9
3,995.6
4,400.4
71. SULAWESI UTARA
2,000.9
2,141.9
2,277.2
2,402.8
2,517.2
2,615.5
72. SULAWESI TENGAH
2,176.0
2,404.0
2,640.5
2,884.2
3,131.2
3,372.2
73. SULAWESI SELATAN
8,050.8
8,493.7
8,926.6
9,339.9
9,715.1
10,023.6
74. SULAWESI TENGGARA
1,820.3
2,085.9
2,363.9
2,653.0
2,949.6
3,246.5
75. GORONTALO
833.5
872.2
906.9
937.5
962.4
979.4
81. M A L U K U
1,166.3
1,266.2
1,369.4
1,478.3
1,589.7
1,698.8
82. MALUKU UTARA
815.1
890.2
969.5
1,052.7
1,135.5
1,215.2
94. PAPUA
2,213.8
2,518.4
2,819.9
3,119.5
3,410.8
3,682.5

Jumlah penduduk di setiap provinsi sangat beragam dan bertambah dengan laju pertumbuhan yang sangat beragam pula.  Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan periode 1990-2000, maka terlihat laju pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi ada yang naik pesat dan ada pula yang turun dengan tajam (data tidak ditampilkan). Sebagai contoh, provinsi-provinsi yang laju pertumbuhan penduduknya turun tajam minimal sebesar 0,50 persen dibandingkan periode sebelumnya (1990-2000) adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Papua. Sementara, provinsi yang laju pertumbuhannya naik pesat minimal sebesar 0,40 persen dibandingkan periode sebelumnya adalah Lampung, Kep. Bangka Belitung, DKI Jakarta dan Maluku Utara.
Tabel 3.2. memperlihatkan dua provinsi dengan rata-rata laju pertumbuhan penduduk minus yaitu, Nanggroe Aceh Darussalam dan DKI Jakarta. Kondisi ini kemungkinan akibat dari asumsi migrasi yang digunakan, yaitu pola migrasi menurut umur selama periode proyeksi dianggap sama dengan pola migrasi periode 1995-2000, terutama untuk provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Pola net migrasi provinsi ini pada periode 1995-2000 adalah minus di atas 10 persen, jauh lebih tinggi dari provinsi-provinsi pengirim migran lainnya.
Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Provinsi 2000-2025
Propinsi
2000-2005
2005-2010
2010-2015
2015-2020
2020-2025
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
11. NANGGROE ACEH DARUSSALAM
0.55
0.37
0.26
0.14
-0.00
12. SUMATERA UTARA
1.35
1.20
1.05
0.88
0.69
13. SUMATERA BARAT
0.71
0.60
0.69
0.39
0.25
14. RIAU
4.30
4.11
3.79
3.51
3.29
15. JAMBI
2.00
1.85
1.68
1.50
1.30
16. SUMATERA SELATAN
1.70
1.58
1.42
1.32
1.18
17. BENGKULU
2.13
1.99
1.85
1.69
1.51
18. LAMPUNG
1.61
1.47
1.33
1.17
0.99
19. KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
1.54
1.46
1.34
1.17
0.95
31. DKI JAKARTA
0.80
0.64
0.41
0.20
-0.01
32. JAWA BARAT
1.81
1.73
1.60
1.45
1.27
33. JAWA TENGAH
0.42
0.35
0.26
0.16
0.01
34. D I YOGYAKARTA
1.00
0.95
0.81
0.63
0.44
35. JAWA TIMUR
0.45
0.40
0.31
0.19
0.01
36. BANTEN
2.83
2.75
2.63
2.47
2.27
51. B A L I
1.41
1.26
1.07
0.91
0.77
52. NUSA TENGGARA BARAT
1.67
1.54
1.41
1.26
1.11
53. NUSA TENGGARA TIMUR
1.54
1.37
1.23
1.09
0.94
61. KALIMANTAN BARAT
1.82
1.66
1.51
1.33
1.12
62. KALIMANTAN TENGAH
2.87
2.68
2.48
2.28
2.04
63. KALIMANTAN SELATAN
1.66
1.57
1.47
1.32
1.14
64. KALIMANTAN TIMUR
2.77
2.57
2.37
2.18
1.95
71. SULAWESI UTARA
1.37
1.23
1.08
0.93
0.77
72. SULAWESI TENGAH
2.01
1.89
1.78
1.66
1.49
73. SULAWESI SELATAN
1.08
1.00
0.91
0.79
0.63
74. SULAWESI TENGGARA
2.76
2.53
2.33
2.14
1.94
75. GORONTALO
0.91
0.78
0.67
0.53
0.35
81. M A L U K U
1.66
1.58
1.54
1.46
1.34
82. MALUKU UTARA
1.78
1.72
1.66
1.53
1.37
94. PAPUA
2.61
2.29
2.04
1.80
1.54

www.datastatistik-indonesia.com/content/view/919/934